Friday, March 13, 2015

Di Luar Bagai Madu, Di Dalam Bagai Empedu

Di Luar Bagai Madu, Di Dalam Bagai Empedu
              



Memang hal yang terlihat baik tidaklah sepenuhnya baik. Yah karena kita manusia, yang diciptakan tidak sempurna. Oleh karena itu, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Senang rasanya jika banyak teman yang selalu membantu kita dalam kesusahan. Namun, apakah kita tahu jika kebaikan itu hanyalah acting belaka?
Sejak duduk di bangku SMP, Dwi dan Ratna duduk sebangku. Namun waktu kelas 2 SMP, kelas diacak. Dwi dan Ratna pisah, menempati kelas yang berbeda. Tetapi itu tidak menghalangi Dwi dan Ratna dalam berteman. Dwi tipe anak yang jail dan suka bercanda, sedangkan Ratna tipe anak yang pendiam.
Setiap hari, berangkat dan pulang sekolah Ratna mengantar dan menjemput Dwi. Kemana saja Dwi  pergi, Ratna bersedia mengantar Dwi. Walaupun Dwi suka ugal-ugalan jika membonceng Ratna. Banyak teman Ratna yang yang mengkritik bahwa Dwi waktu menaiki motor suka ngebut dan ngawur. Ratna hanya diam tak merespon.
 Sudah beberapa kali Dwi menjatuhkan mohon Ratna, dan membuat Ratna sering kali dimarahin Ayahnya, karena sepeda motor yang lecet diamana-mana. Ratna terpaksa membohongi Ayahnya karena takut nanti ia akan disuruh menjauhi Dwi. Tak ma uterus-menerus membohongi orang tuanya, Ratna lebih memilih berangkat dan pulang bersama Zara yang kebetulan Zara adalah tetangga dan teman satu sekolah. Oleh karena itu, Ratna meminta maaf ke Dwi karena tak bisa membarenginya lagi.
Bermulai dari itu , Dwi sedikit-demi sedikit sifat keasliannya. Ia mulai menjauhi Ratna. Tak lama dari itu, Ratna mendapat pernyataan dari temannya jika Dwi menjelek-jelekkannya. Semula Ratna tak percaya, bahwa Dwi yang dianggapnya teman baik itu menjelekkannya. Namun benar, Ratna mendapati status facebook Dwi yang menyatakan bahwa ia tak suka dengan Ratna.

Ratna sama sekali tak menyangka, Dwi teman baiknya itu bertingkah busuk dibelakangnya. Bahkan sejak pertama kenal, Dwi sudah tidak menyukai Ratna dan Dwi tidak pernah menganggap Ratna sebagai teman. Mulai dari itu, Ratna sudah tidak mendekati Dwi lagi. Dwi yang dulu dianggap baik oleh Ratna ternyata tega menusuknya dari belakang.

                                          

Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari

Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari


                Hitam putih, atas bawah, manis pahit, beragam sekali hal-hal yang mewarnai dunia. Jika kita meneliti kehidupan, kita akan sadar bahwa setiap hal/perbuatan yang kita lakukan tak lepas dari adanya resiko. Baik atau buruk perbuataan itu pasti ada resikonya. Kecil/besar resiko, tergantung akan perbuatan kita.
                Manisnya pertemanan waktu SMP memang berkesan, dan banyak orang yang berpendapat seperti itu. Mita dan Gina, mereka berteman baik sejak pertama masuk SMP.  Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain, padahal mereka baru mengenal. Semakin hari mereka semakin terlihat keakrabannya, terlihat dari mereka yang berangkat dan pulang besama, bermain bersama, dan bercanda bersama.
                Gina mempunyai pacar yang bernama  Riki. Gina amat menyayanginya, saking sayangnya, ia sampai merelakan segalanya untuk Riki, termasuk harga dirinya. Riki adalah laki-laki mata keranjang yang suka memanfaatkan perempuan sebagai pelampiasan nafsunya. Berkali-kali Mita menasehati Gina agar tidak terlalu terbuai oleh kata-kata manis seorang Riki. Tapi tak satupun nasehat Mita yang dihiraukannya.
                Sampai pada saat Gina yang hanya seorang diri di rumah, karena ditinggal orang tuanya ke desa, ia menyuruh Riki untuk menemaninya di rumah semalaman. Keesokan harinya Gina menceritakan semua perbuatannya semalam dengan Riki, sungguh Mita tak menyangka temannya melakukan hal seburuk itu. Mita terus-menerus menasehati Gina untuk tidak melakukannya lagi dan segera bertaubat. Namun sia-sialah nasehat MIta yang tak pernah diindahkannya itu.
                Mita pun lama-lama kesal akan sikap Gina yang acuh akan nasehatnya, Mita tak mau temannya itu melakukan hal buruk itu lagi. Setelah berpikir panjang, Mita memutuskan untuk menceritakan sebgian aib Gina kepada orang terdekatnya selain Mita yang bernama Nurul. Dengan harapan, Nurul bisa menasehati Gina dan Gina pun sadar akan kesalahannya tersebut. Tetapi, akibat dari Mita membiacarakannya kepada Nurul tersebut, sesuatu yang tak disangka, Nurul yang berteman baik dengan Gina justru menyebarkan aib Gina ke teman-teman yang lain. Gina pun langsung mendatangi Mita dan menuduh bahwa Mita yang menyebarkan aibnya. Memang benar bahwa Mita mmengatakan hal tesrsebut kepada Nurul, tetapi bukan ia yang menyebarkannya. Sebab dari itu, Gina menganggap Mita sebagai pengkhianat.

Setelah kejadian itu, Gina sudah tidak mempercayai Mita lagi. Mita meminta maaf kepada Gina atas kesalahannya tersebut. Gina pun memaafkannya, namun sekarang hubungan Gina dan MIta sudah tak seerat seperti dulu lagi. Kesalahpahaman diantara mereka membuatnya renggang. Bagaikan panas setahun, dihapus hujan sehari, kebaikan yang lama dirusakkan oleh kesalahan yang sekejap.

SAHABATKU PSIKOPAT

Tema : Persahabatan
Judul : Sahabatku Psikopat
Sudut Pandang : Diceritakan pengarang
Alur : Maju
Amanat :
                                   I.            Bergaullah dengan siapa saja, jangan hanya dengan satu teman saja
                                 II.            Jika mempunyai teman baru, jangan lupakan sahabatmu
                               III.            Jaga perasaan sahabatmu
                               IV.            Jangan mudah diajak keluar dengan teman baru
                                 V.            Jika ingin berteman dekat/bersahabat, sebaiknya cari asal usulnya dulu
Penokohan :
1.       Elsa : Baik hati, tidak sombong, penyayang
2.       Rena : Penyayang, overprotektif, nekad,
3.       Leona : Mudah bergaul, asyik, nakal
4.       Salsa : Baik, setia kawan
5.       Ibu dan Ayah Elsa : Sibuk namun penyayang
6.       Ibu dan Ayah Rena : Perhatian


SAHABATKU PSIKOPAT

 
               
                Senyum matahari mengawali pagi yang indah ini. Elsa Pery Johnson yang akrab dipanggil Elsa adalah anak dari Elisa Johnson dan Johan Johnson. Mereka ialah pengusaha besar di Indonesia yang sukses, namun dibalik semua itu, Elsa anak semata wayangnya menjadi tidak terurus karena kesibukan mereka. Elsa baru berumur 16th, sekarang ia dan orang tuanya tinggal di sebuah perumahan elite di Jakarta yang bernama “Jaybe Regency”. Elsa baru tinggal disini sebulan, pekerjaan orangtuanya lah yang membuat Elsa sekeluarga hidup berpindah-pindah.
                Hanya ditemani fasilitas dan pembantu yang setiap harinya disamping Elsa. Tidak mempunyai teman dekat, itulah yang menjadi beban pikiran Elsa sekarang. Diusianya yang semakin dewasa, ia tidak mempunyai teman ataupun sahabat karena rumah dan sekolah Elsa yang selalu berpindah-pindah. Padahal Elsa sangat menginginkan sahabat yang selalu menemaninya.
                Pada hari pertama, ia masuk sekolah barunya. Rasa canggung waktu hari pertama masuk itulah yang dirasakan Elsa pada saaat itu. Tak ada seorangpun yang dikenalinya. Elsa lalu masuk di kelas MIA 2, ia memperkenalkan diri di depan teman sekelasnya “Hai namaku Elsa Pery Johnson, panggilannya Elsa. Senang bisa sekelas dengan kalian” sapa Elsa dengan wajahnya yang ramah. Teman sekelasnypun menyambut Elsa dengan ramah pula. Elsa dipersilahkan duduk oleh gurunya, “Hei Elsa, duduklah bersamaku” sapa Rena ajak Elsa untuk duduk dengannya, karena kebetulan hanya bangku disebelah Renalah yang kosong. Elsaapun menanggapinya dengan ramah.
                “Hai kenalin namaku Rena” Rena mengulurkan tangannya dan Elsapun menerimanya “Hai, Elsa” tersenyum. Elsa dan Rena pun bercakap-cakap layaknya teman akrab. Yah.. Rena memang anak yang baik, namun dia pendiam dan penyediri di kelas, tetapi sejak kedatangan Elsa, sifat pendiam dan penyindiri Rena hilang begitu saja. Hamper kemana-mana Elsa dan Rena selalu berdua. Mereka asyik satu sama lain. Dan selang beberapa bulan, Elsa dan Renapun memutuskan untuk bersahabat.
                Bagi Elsa, Rena adalah teman yang sangat baik, mengerti, dan selalu ada untuk Elsa. Begitu juga dengan Rena, Elsa adalah sahabat sejatinya. Rena sering bermain ke rumah Elsa dan mengajaknya keluar sekedar makan-makan ataupun jalan-jalan. Orangtua Elsa mengizinkan Elsa untuk berteman dekat dengan Rena, karena mereka percaya bahwa Rena anak yang baik.Sudah dapat dirasakan, bahwa persahabatn Elsa dan Rena telah tumbuh rasa kasih sayang yang kuat antar satu sama lain.
                Satu tahun sudah Rena dan Elsa bersama-sama seiring dengan pergantian tahun ajaran. Kini Elsa dan Rena sudah duduk di kelas XI, namun nasib buruk menimpa Elsa dan Rena. Di kelas XI ini, mereka terpisah, mereka ditempatkan pada kelas yang berbeda. Elsa dan Rena sempat protes pada guru kurikulum, tapi itu sia-sia karena keputusan tidak dapat diubah. Dengan sangat terpaksa Elsa dan Rena menerimanya dengan berat hati.
Elsa merasa asing di kelas barunya, seperti pertama kali masuk sekolah waktu itu. Karena yang dikenal Elsa waktu kelas X hanyalah Rena dan Rena, jadi ia tak kenal akrab dengan teman lainnya. Rena pun begitu, tak sekelas dengan Elsa, ia menjadi pendiam dan penyendiri lagi jika dikelas. Namun, jika ada waktu luang, Rena pasti langsung nyamperin Elsa di kelasnya. Seperti biasa, mereka berbincang-bincang bersama, hanya saja perbedaannya waktu mereka bersama tak lama seperti dulu.
Seiring berjalannya waktu, Elsa memiliki teman baru yang tidak kalah asyiknya dengan Rena, yaitu Leona dan Salsa. “Hey Elsa nanti malam kamu ada acara?” Tanya Leona, “Umm.. Aku rasa tidak”. “Bagaimana jika nanti aku mengajakmu keluar? Mau ya?” ajak Leona, berharap Elsa menerima ajakannya. “Ok aku mau, tapi kemana?”, “ Sudahlah ikut saja, nanti kamu juga bakal tahu” jawab Leona dengan jawaban yang membuat penasaran Elsa.
Teett…tettt… Suara bel istirahat berbunyi, tanda bahwa sebentar lagi Rena akan menemui Elsa. Ketika Elsa akan pergi ke kantin bersama Leona dan Salsa, tiba-tiba Rena muncul di depan Elsa sambil membawakan Moccafloat kesukaan Elsa. “Haii Elsa, ini untukmu” menyodorkan moccafloat ke Elsa. “Oh hai Ren, terima kasih banyak loo”. “Kau mau kemana? Dan siapa dua perempuan itu?” melirik Leona dan Salsa. “Oh ini, mereka teman baruku, namanya Leona dan Salsa” ,”Leona, Salsa kenalin ini sahabatku, Rena”. “Oh iya, kenalin aku Leona” sambil mengulurkan tangannya. Rena hanya tersenyum sekilas menghiraukan uluran tangan Leona. “Elsa, kau mau kemana?” Tanya Rena sekali lagi, “Ke kantin, ikut?” ajak Elsa. “Enggak, aku kembali ke kelas. Bye” jawab Rena sambil berjalan menjauh menuju kelasnya.
Elsa, Leona, dan Salsa tetap pergi ke kantin, dan makan bersama dengan diselingi candaan yang membuat suasana rame. Tanpa disadari, bahwa Rena sedang memperhatikan Elsa dan teman-temannya dari kejauhan.
Matahari terbenam pertanda bahwa malam akan tiba. Pada saat itu, Rena sedang kerja kelompok di rumah Elsa untuk menyelesaikan tugasnya. Tepat pukul 20.00 WIB, Ting tung.. Ting tung.. suara bel rumah Elsa berbunyi, Elsa pun segera menuju ke depan untuk membuka pintu dan mengecek siapa yang bertamu dengan ditemani Rena dibelakangnya. “Halo Elsa.. Ayo keluar!” sapa Leona menagih janjinya tadi pagi dengan Elsa.”Kau mau kemana Elsa?” Tanya Rena bingung dengan kedatangan Leona tiba-tiba. “Oh iya, tadi aku ada janji dengan Leona untuk keluar bareng”jawab Elsa. “Tapi ini sudah malam, nanti pasti larut pulangmu”. “Iya aku tahu, tapi aku sudah janji, kau mau ikut?” ajak Elsa seraya bergurau. “Tidak, keluar malam bukan kesukaanku, aku pulang saja” Rena mengambil tas lalu pulang tanpa menengok Elsa sedikitpun. Elsa terdiam memikirkan sikap Rena yang seperti tak suka jika ia punya teman baru, “Hei Elsa, ayo tunggu apalagi” kata Leona mengagetkan lamunan Elsa sambil menggandeng tangan untuk segera berangkat.
Sesampai di tempat, “Leon, ini kita dimana?” Tanya Elsa yang asing dengan tempat ini, “Sudahlah kita akan bersenang senang disini”. Elsa tak mengerti jelas ini tempat apa. Seketika ia dan Leona masuk, Elsa kaget, karena tempat yang dimaksud Leona adalah Labing, yang isinya adalah orang yang sedang berpesta hingga pagi dengan music keras disertai bir yang dibawa di tangannya. “Leon aku gak biasa di tempat seperti ini, aku takut” rengek Elsa. “Tak apa, nanti kau akan terbiasa” jawab Leona dengan tersenyum nakal.
Leona langsung bergabung di tengah kerumunan orang mabuk dengan music yang keras disertai lampu yang berkedip-kedip layaknya wanita murahan. Sedangkan Elsa hanya duduk diam dipojokan dekat tempat orang yang menyediakan bir dan lainnya. Elsa bingung harus berbuat apa, karena seumur hidup Elsa tak pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti ini. Sekitar satu jam Elsa hanya duduk sambil memandangi orang-orang yang sedang berpesta itu. Elsa pun merasa jenuh, ia beranjak dari tempat duduk lalu mencari Leona untuk diajaknya pulang.
Ketika mencari Leona, ternyata Leona hilang entah kemana, Elsa mencoba bertanya kepada teman-teman labingnya, namun sial, ternyata Leona telah pergi 15 menit yang lalu bersama cowok idamannya. Elsa sangat kecewa dengan Leona, ia tak menyangka temannya seburuk itu. Elsa ingin pulang, namun ia tak tahu kemana jalan yang harus ia lewati untuk menuju rumah. Tak ada satupun taksi yang lewat pada saat itu, jalanan sepi karena jam sudah menunjuk 23.30 WIB.
Tak ada pilihan lain, Elsa memutuskan untuk menelepon Rena. “Halo Rena ini aku Elsa, tolong jemput aku di labing yang ada di kiri jalan Yos Sudarso, aku mohon”. Tanpa ragu Rena langsung beranjak pergi untuk menjemput sahabatnya itu. Rena yang sedari tadi khawatir dengan keadaan Elsa diluar, tak bisa tidur karena memikirkan Elsa.
Sesampainya disana, Rena langsung bertanya,”Apa yang sebenarnya terjadi denganmu Elsa?” Elsapun menceritakan semua yang dialaminya kepada Rena. “Tapi kamu tak apa-apa kan?” Tanya Rena perhatian. “Iya aku taka pa Rena, terima kasih banyak sudah mau menjemputku tengah malam begini”. “Tak usah terima kasih, aku senang melihatmu baik-baik saja” jawab Rena sambil tersenyum  manis. Dari itu, Rena sangat membenci Leona. Dan menyuruh agar Elsa lebih berhati-hati dengan teman barunya, Leona itu.
Pada pagi hari sesampainya di sekolah, Elsa dan Rena berjalan berdua menuju kelasnya masing-masing. Tiba-tiba di tengah perjalanan, Leona datang memanggil-manggil Elsa “Elsa, aku minta maaf ya soal kemarin, aku menyesal” mohon Leona. Elsa menjawab “Iya tak apa aku sudah memaafkanmu” sambil tersenyum. “Terima kasih Elsa, kamu memang baik” Ucap Leona sambil mendekap Elsa. Rena yang berdiri disamping Elsa, tak suka melihat pemandangan itu, tatapannya sinis. “Ayo kita ke kelas bareng” ajak Leona kepada Elsa “Ayo, Rena duluan ya” melambaikan tangan ke Rena dan berjalan menjauhi Rena. Rena tak merespon, ia hanya melihati Elsa dan Leona  yang sedang berjalan menuju kelas sampai mereka tak terlihat lagi.
Pada saat tengah-tengah pelajaran, Leona izin ke belakang untuk buang air kecil. Ketika ia berjalan menuju kamar mandi, ia merasa bahwa ada yang mengikutinya dari tadi. Leona menoleh ke belakang tapi tak ada seorangpun, “Ah mungkin persaanku saja” kata Leona. Selesai buang air kecil, ia membuka pintu dan ia sangat terkejut karena yang ia lihat yaitu Rena yang sedang duduk terdiam pas di depan pintu kamar mandinya seperti menunggu Leona untuk segera keluar. Rena berdiri sambil berjalan mendekati Leona yang masih kaget itu, tatapan Rena sangat tajam dengan pandangan sinis yang membuat Leona tak bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Leona ketakutan, dan langsung lari menuju kelasnya.
Pada jam isitirahat, Leona menceritakan apa yang dialaminya kepada Elsa “Tiba-tiba ia ada di depan kamar mandi, duduk untuk menungguku keluar layaknya psikopat”, ungkap Leona kepada Elsa. Elsa tak percaya terhadap apa yang dikatakan Leona tentang sahabatnya itu. Sepulang sekolah, Elsa langsung bertanya kepada Rena “Apa benar tadi kamu ada di depan kamar mandi Leona dan menatapnya dengan sinis?” Tanya Elsa. “Iya benar aku ada di depan kamar mandinya, tapi aku menatapnya biasa, aku hanya antri karena dia sangat lama di kamar mandi.”  Jawab Rena seolah mengalihkan pembicaraan. Tentu Elsa lebih percaya omongan Rena daripada Leona.
Mendengar Leona membicarakan itu kepada Elsa, Rena sangat marah dan berniat memberinya pelajaran besok saat di sekolah.
Esok pun datang dengan disambut indahnya matahari. Seperti biasa, Elsa dan Rena bernagkat ke sekolah berdua. Pada saat itu semua kegiata baik-baik saja, seperti tak ada hal buruk yang akan terjadi, pelajaran pertama, kedua, ketiga dan keempat berjalan lancer seperti biasa. Dan setelah itu, bel istirahat tiba. Pada saat Rena keluar kelas, ia melihat Leona yang sedang berjalan menuju kamar mandi senirian, dengan itu, Rena ingat akan niatnya kemarin. Rena langsung mengikuti Leona dari belakang.
Ketika akan sampai di kamar mandi, Leona membuka pintu, Rena angsung mendorong Leona masuk kamar mandi. Rena menyergap kedua tangan Leona ke belakang, dan dipegangya erat-erat. Didorongya badan Leona hingga badan Leona mepet tembok dengan posisi Rena dibelakang punggung Leona. Rena menarik rambut Leona dan berkata “Jauhi Elsa atau aku akan membunuhmu Leon?”. “I..iya Ren iya” jawab Leona tertatih karena ketakutan “Kamu tahu, kamu itu hanya perempuan jalang yang membawa pengaruh buruk untuk Elsa” bisik Rena.
Elsa yang sadar akan tidak kedatangan Rena ke kelasnya, ia lalu mencarinya dengan ditemani Salasa teman baru Elsa. Elsa mencari Rena di kelas tapi Rana tidak ada. Elsa bertanya kepada teman sekelas Rena “Eh tau Rena gak?”, “Umm.. tadi aku lihat dia sedang mengikuti perempuan, arahnya si ke kamar mandi kalu gak salah” jawab salah satu teman sekelas Rena. “Ok makasih” Rena dan Salsa berjalan buru-buru menuju kamar mandi karena ia mendapati perasaan yang tidak enak.
Sesampainya di kamar mandi, Elsa terkejut mandapati Rena yang sedang menodongkan pisau ke leher Leona. “Rena apa yang kau lakukan? Hentikan!!” bentak Elsa. Rena yang kaget atasa kedatangan Elsa pada saat itu, langsung melepaskan Leona. Leona lari ke arah Elsa dan Salsa. “Elsa, ini tak seperti apa yang kau pikirkan, aku hanya mencoba untuk melindungimu” kata Rena. “Melindungiku? Melindungi dari apa?” Tanya Rena.”Perempuan jalang itu pengaruh buruk untukmu Elsa, makanya aku menjauhakanmu dari pengaruhnya”
     “Tapi bukan seperti ini caranya Ren, ini criminal!” tanggap Elsa
       “Kamu membela perempuan jalalng itu Elsa? Iya?” Tanya Rena
       “Bukan itu maksudku Ren
     “Terus apa? Aku ngelakuin ini demi kebaikan kamu El, tapi apa tanggapmu? Kamu lebih milih teman barumu itu daripada sahabatmu sendiri, inikah yang dinamakan persahabatan?” kata Rena seraya mendekati Elsa.
“Elsa cepat lari, sahabatmu itu sudah gila” ucap Leona.

               Mendengar itu Rena langsung menarik Leona dan menodongkan pisau ke leher Leona. Elsa yang melihat hal itu mencoba menghentikan aksi Rena. “Cukup Rena, cukup! Itu bukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalah ini” kata Elsa utnuk menenangkan Rena. “Kau lebih membela dia, daripada aku? Apa kau juga akan mengatakanku gila? Iya?” sentak Rena. “Aku sangat menyayangimu Elsa, dan ini caraku untuk melindungimu dari pengaruh buruk, apa itu salah?”. “Tidak Rena, aku juga menyayangimu, tapi lepaskan Leona, aku mohon” rengek Elsa. “Kau sudah mengkhianati persahabatan kita Elsa, kalau begitu aku akan membunuh kalian berdua” ancam Rena.

               Pada saat itu, Salsa berlari ke ruang guru, utnuk meminta bantuan ke guru. Dua bapak guru berjalan menuju lokasi yang dimaksud Salsa. Dan ternyata, Elsa dan Leona telah diikat dengan tali tampar dengan Rena yang mendekatkan pisau ke muka mereka. Bapak guru yang melihat kejadian itu, langsung sergap merangku Rena dan mencoba mengambil pisau yang ada di tangan Rena. Karena Rena sangat agresif, kedua bapak guru tersebut kewalahan mengahadapi Rena hingga Rena dan Bapak gurupun terjatuh, dengan Rena diatasnya. Rena mencoba membunuh bapak guru tersebut, tapi bapak guru, menahan pisau tersebut dan berusaha untuk menyikngkirkan pisaunya. Namun malang, pisau tersebut malah berbalik arah dan mengenai perut Rena. Melihat kejadian itu, Elsa menangis karena sahabatnya meninggal pada kejadian .

                  Waktu pemakaman Rena, Elsa terus menangis  di kuburan Rena. Lalu kedua orangtua Rena datang untuk mencoba menenangkannya. Lalu orangtua Rena menceritakan tentang gangguan mental yang dialami Rena sejak kecil “Oleh karena itu, Rena selalu menyendiri dan tak mempunyai teman, dan kamulah teman satu-satunya yang dipunya Rena. Tapi sejak ia berteman denganmu, ia mulai lupa untuk meminum obatnya agar bisa mengendalikan amarahnya. Lama kelamaan, Rena sama sekali tak pernah minum obatnya, kami sudah mencoba membujukanya tapi ia tetap tak memperdulikan omongan kami.” Ujar orangtua Rena sambil menangis dan mendekap Elsa.