Tema : Persahabatan
Judul : Sahabatku Psikopat
Sudut Pandang : Diceritakan pengarang
Alur : Maju
Amanat :
I.
Bergaullah dengan siapa saja, jangan hanya
dengan satu teman saja
II.
Jika mempunyai teman baru, jangan lupakan
sahabatmu
III.
Jaga perasaan sahabatmu
IV.
Jangan mudah diajak keluar dengan teman baru
V.
Jika ingin berteman dekat/bersahabat, sebaiknya
cari asal usulnya dulu
Penokohan :
1.
Elsa : Baik hati, tidak sombong, penyayang
2.
Rena : Penyayang, overprotektif, nekad,
3.
Leona : Mudah bergaul, asyik, nakal
4.
Salsa : Baik, setia kawan
5.
Ibu dan Ayah Elsa : Sibuk namun penyayang
6.
Ibu dan Ayah Rena : Perhatian
SAHABATKU
PSIKOPAT
Senyum
matahari mengawali pagi yang indah ini. Elsa Pery Johnson yang akrab dipanggil
Elsa adalah anak dari Elisa Johnson dan Johan Johnson. Mereka ialah pengusaha
besar di Indonesia yang sukses, namun dibalik semua itu, Elsa anak semata
wayangnya menjadi tidak terurus karena kesibukan mereka. Elsa baru berumur 16th,
sekarang ia dan orang tuanya tinggal di sebuah perumahan elite di Jakarta yang
bernama “Jaybe Regency”. Elsa baru tinggal disini sebulan, pekerjaan
orangtuanya lah yang membuat Elsa sekeluarga hidup berpindah-pindah.
Hanya
ditemani fasilitas dan pembantu yang setiap harinya disamping Elsa. Tidak
mempunyai teman dekat, itulah yang menjadi beban pikiran Elsa sekarang.
Diusianya yang semakin dewasa, ia tidak mempunyai teman ataupun sahabat karena
rumah dan sekolah Elsa yang selalu berpindah-pindah. Padahal Elsa sangat
menginginkan sahabat yang selalu menemaninya.
Pada
hari pertama, ia masuk sekolah barunya. Rasa canggung waktu hari pertama masuk
itulah yang dirasakan Elsa pada saaat itu. Tak ada seorangpun yang dikenalinya.
Elsa lalu masuk di kelas MIA 2, ia memperkenalkan diri di depan teman
sekelasnya “Hai namaku Elsa Pery Johnson, panggilannya Elsa. Senang bisa
sekelas dengan kalian” sapa Elsa dengan wajahnya yang ramah. Teman sekelasnypun
menyambut Elsa dengan ramah pula. Elsa dipersilahkan duduk oleh gurunya, “Hei
Elsa, duduklah bersamaku” sapa Rena ajak Elsa untuk duduk dengannya, karena
kebetulan hanya bangku disebelah Renalah yang kosong. Elsaapun menanggapinya
dengan ramah.
“Hai
kenalin namaku Rena” Rena mengulurkan tangannya dan Elsapun menerimanya “Hai,
Elsa” tersenyum. Elsa dan Rena pun bercakap-cakap layaknya teman akrab. Yah..
Rena memang anak yang baik, namun dia pendiam dan penyediri di kelas, tetapi
sejak kedatangan Elsa, sifat pendiam dan penyindiri Rena hilang begitu saja.
Hamper kemana-mana Elsa dan Rena selalu berdua. Mereka asyik satu sama lain.
Dan selang beberapa bulan, Elsa dan Renapun memutuskan untuk bersahabat.
Bagi
Elsa, Rena adalah teman yang sangat baik, mengerti, dan selalu ada untuk Elsa.
Begitu juga dengan Rena, Elsa adalah sahabat sejatinya. Rena sering bermain ke
rumah Elsa dan mengajaknya keluar sekedar makan-makan ataupun jalan-jalan.
Orangtua Elsa mengizinkan Elsa untuk berteman dekat dengan Rena, karena mereka
percaya bahwa Rena anak yang baik.Sudah dapat dirasakan, bahwa persahabatn Elsa
dan Rena telah tumbuh rasa kasih sayang yang kuat antar satu sama lain.
Satu
tahun sudah Rena dan Elsa bersama-sama seiring dengan pergantian tahun ajaran.
Kini Elsa dan Rena sudah duduk di kelas XI, namun nasib buruk menimpa Elsa dan
Rena. Di kelas XI ini, mereka terpisah, mereka ditempatkan pada kelas yang
berbeda. Elsa dan Rena sempat protes pada guru kurikulum, tapi itu sia-sia
karena keputusan tidak dapat diubah. Dengan sangat terpaksa Elsa dan Rena
menerimanya dengan berat hati.
Elsa merasa
asing di kelas barunya, seperti pertama kali masuk sekolah waktu itu. Karena
yang dikenal Elsa waktu kelas X hanyalah Rena dan Rena, jadi ia tak kenal akrab
dengan teman lainnya. Rena pun begitu, tak sekelas dengan Elsa, ia menjadi
pendiam dan penyendiri lagi jika dikelas. Namun, jika ada waktu luang, Rena
pasti langsung nyamperin Elsa di kelasnya. Seperti biasa, mereka
berbincang-bincang bersama, hanya saja perbedaannya waktu mereka bersama tak
lama seperti dulu.
Seiring
berjalannya waktu, Elsa memiliki teman baru yang tidak kalah asyiknya dengan
Rena, yaitu Leona dan Salsa. “Hey Elsa nanti malam kamu ada acara?” Tanya
Leona, “Umm.. Aku rasa tidak”. “Bagaimana jika nanti aku mengajakmu keluar? Mau
ya?” ajak Leona, berharap Elsa menerima ajakannya. “Ok aku mau, tapi kemana?”,
“ Sudahlah ikut saja, nanti kamu juga bakal tahu” jawab Leona dengan jawaban
yang membuat penasaran Elsa.
Teett…tettt…
Suara bel istirahat berbunyi, tanda bahwa sebentar lagi Rena akan menemui Elsa.
Ketika Elsa akan pergi ke kantin bersama Leona dan Salsa, tiba-tiba Rena muncul
di depan Elsa sambil membawakan Moccafloat kesukaan Elsa. “Haii Elsa, ini
untukmu” menyodorkan moccafloat ke Elsa. “Oh hai Ren, terima kasih banyak loo”.
“Kau mau kemana? Dan siapa dua perempuan itu?” melirik Leona dan Salsa. “Oh
ini, mereka teman baruku, namanya Leona dan Salsa” ,”Leona, Salsa kenalin ini
sahabatku, Rena”. “Oh iya, kenalin aku Leona” sambil mengulurkan tangannya.
Rena hanya tersenyum sekilas menghiraukan uluran tangan Leona. “Elsa, kau mau
kemana?” Tanya Rena sekali lagi, “Ke kantin, ikut?” ajak Elsa. “Enggak, aku kembali
ke kelas. Bye” jawab Rena sambil berjalan menjauh menuju kelasnya.
Elsa, Leona, dan
Salsa tetap pergi ke kantin, dan makan bersama dengan diselingi candaan yang
membuat suasana rame. Tanpa disadari, bahwa Rena sedang memperhatikan Elsa dan
teman-temannya dari kejauhan.
Matahari
terbenam pertanda bahwa malam akan tiba. Pada saat itu, Rena sedang kerja
kelompok di rumah Elsa untuk menyelesaikan tugasnya. Tepat pukul 20.00 WIB,
Ting tung.. Ting tung.. suara bel rumah Elsa berbunyi, Elsa pun segera menuju ke
depan untuk membuka pintu dan mengecek siapa yang bertamu dengan ditemani Rena
dibelakangnya. “Halo Elsa.. Ayo keluar!” sapa Leona menagih janjinya tadi pagi
dengan Elsa.”Kau mau kemana Elsa?” Tanya Rena bingung dengan kedatangan Leona
tiba-tiba. “Oh iya, tadi aku ada janji dengan Leona untuk keluar bareng”jawab
Elsa. “Tapi ini sudah malam, nanti pasti larut pulangmu”. “Iya aku tahu, tapi
aku sudah janji, kau mau ikut?” ajak Elsa seraya bergurau. “Tidak, keluar malam
bukan kesukaanku, aku pulang saja” Rena mengambil tas lalu pulang tanpa
menengok Elsa sedikitpun. Elsa terdiam memikirkan sikap Rena yang seperti tak
suka jika ia punya teman baru, “Hei Elsa, ayo tunggu apalagi” kata Leona
mengagetkan lamunan Elsa sambil menggandeng tangan untuk segera berangkat.
Sesampai di
tempat, “Leon, ini kita dimana?” Tanya Elsa yang asing dengan tempat ini,
“Sudahlah kita akan bersenang senang disini”. Elsa tak mengerti jelas ini
tempat apa. Seketika ia dan Leona masuk, Elsa kaget, karena tempat yang
dimaksud Leona adalah Labing, yang isinya adalah orang yang sedang berpesta
hingga pagi dengan music keras disertai bir yang dibawa di tangannya. “Leon aku
gak biasa di tempat seperti ini, aku takut” rengek Elsa. “Tak apa, nanti kau
akan terbiasa” jawab Leona dengan tersenyum nakal.
Leona langsung
bergabung di tengah kerumunan orang mabuk dengan music yang keras disertai
lampu yang berkedip-kedip layaknya wanita murahan. Sedangkan Elsa hanya duduk
diam dipojokan dekat tempat orang yang menyediakan bir dan lainnya. Elsa bingung
harus berbuat apa, karena seumur hidup Elsa tak pernah menginjakkan kakinya di
tempat seperti ini. Sekitar satu jam Elsa hanya duduk sambil memandangi
orang-orang yang sedang berpesta itu. Elsa pun merasa jenuh, ia beranjak dari
tempat duduk lalu mencari Leona untuk diajaknya pulang.
Ketika mencari
Leona, ternyata Leona hilang entah kemana, Elsa mencoba bertanya kepada teman-teman
labingnya, namun sial, ternyata Leona telah pergi 15 menit yang lalu bersama
cowok idamannya. Elsa sangat kecewa dengan Leona, ia tak menyangka temannya
seburuk itu. Elsa ingin pulang, namun ia tak tahu kemana jalan yang harus ia
lewati untuk menuju rumah. Tak ada satupun taksi yang lewat pada saat itu,
jalanan sepi karena jam sudah menunjuk 23.30 WIB.
Tak ada pilihan
lain, Elsa memutuskan untuk menelepon Rena. “Halo Rena ini aku Elsa, tolong
jemput aku di labing yang ada di kiri jalan Yos Sudarso, aku mohon”. Tanpa ragu
Rena langsung beranjak pergi untuk menjemput sahabatnya itu. Rena yang sedari
tadi khawatir dengan keadaan Elsa diluar, tak bisa tidur karena memikirkan
Elsa.
Sesampainya
disana, Rena langsung bertanya,”Apa yang sebenarnya terjadi denganmu Elsa?”
Elsapun menceritakan semua yang dialaminya kepada Rena. “Tapi kamu tak apa-apa
kan?” Tanya Rena perhatian. “Iya aku taka pa Rena, terima kasih banyak sudah
mau menjemputku tengah malam begini”. “Tak usah terima kasih, aku senang
melihatmu baik-baik saja” jawab Rena sambil tersenyum manis. Dari itu, Rena sangat membenci Leona.
Dan menyuruh agar Elsa lebih berhati-hati dengan teman barunya, Leona itu.
Pada pagi hari
sesampainya di sekolah, Elsa dan Rena berjalan berdua menuju kelasnya
masing-masing. Tiba-tiba di tengah perjalanan, Leona datang memanggil-manggil
Elsa “Elsa, aku minta maaf ya soal kemarin, aku menyesal” mohon Leona. Elsa
menjawab “Iya tak apa aku sudah memaafkanmu” sambil tersenyum. “Terima kasih
Elsa, kamu memang baik” Ucap Leona sambil mendekap Elsa. Rena yang berdiri
disamping Elsa, tak suka melihat pemandangan itu, tatapannya sinis. “Ayo kita
ke kelas bareng” ajak Leona kepada Elsa “Ayo, Rena duluan ya” melambaikan
tangan ke Rena dan berjalan menjauhi Rena. Rena tak merespon, ia hanya melihati
Elsa dan Leona yang sedang berjalan
menuju kelas sampai mereka tak terlihat lagi.
Pada saat
tengah-tengah pelajaran, Leona izin ke belakang untuk buang air kecil. Ketika
ia berjalan menuju kamar mandi, ia merasa bahwa ada yang mengikutinya dari
tadi. Leona menoleh ke belakang tapi tak ada seorangpun, “Ah mungkin persaanku
saja” kata Leona. Selesai buang air kecil, ia membuka pintu dan ia sangat
terkejut karena yang ia lihat yaitu Rena yang sedang duduk terdiam pas di depan
pintu kamar mandinya seperti menunggu Leona untuk segera keluar. Rena berdiri
sambil berjalan mendekati Leona yang masih kaget itu, tatapan Rena sangat tajam
dengan pandangan sinis yang membuat Leona tak bisa mengeluarkan kata-kata
sedikitpun. Leona ketakutan, dan langsung lari menuju kelasnya.
Pada jam
isitirahat, Leona menceritakan apa yang dialaminya kepada Elsa “Tiba-tiba ia
ada di depan kamar mandi, duduk untuk menungguku keluar layaknya psikopat”,
ungkap Leona kepada Elsa. Elsa tak percaya terhadap apa yang dikatakan Leona
tentang sahabatnya itu. Sepulang sekolah, Elsa langsung bertanya kepada Rena
“Apa benar tadi kamu ada di depan kamar mandi Leona dan menatapnya dengan
sinis?” Tanya Elsa. “Iya benar aku ada di depan kamar mandinya, tapi aku
menatapnya biasa, aku hanya antri karena dia sangat lama di kamar mandi.” Jawab Rena seolah mengalihkan pembicaraan. Tentu
Elsa lebih percaya omongan Rena daripada Leona.
Mendengar Leona
membicarakan itu kepada Elsa, Rena sangat marah dan berniat memberinya
pelajaran besok saat di sekolah.
Esok pun datang
dengan disambut indahnya matahari. Seperti biasa, Elsa dan Rena bernagkat ke
sekolah berdua. Pada saat itu semua kegiata baik-baik saja, seperti tak ada hal
buruk yang akan terjadi, pelajaran pertama, kedua, ketiga dan keempat berjalan
lancer seperti biasa. Dan setelah itu, bel istirahat tiba. Pada saat Rena
keluar kelas, ia melihat Leona yang sedang berjalan menuju kamar mandi
senirian, dengan itu, Rena ingat akan niatnya kemarin. Rena langsung mengikuti
Leona dari belakang.
Ketika akan
sampai di kamar mandi, Leona membuka pintu, Rena angsung mendorong Leona masuk
kamar mandi. Rena menyergap kedua tangan Leona ke belakang, dan dipegangya
erat-erat. Didorongya badan Leona hingga badan Leona mepet tembok dengan posisi
Rena dibelakang punggung Leona. Rena menarik rambut Leona dan berkata “Jauhi
Elsa atau aku akan membunuhmu Leon?”. “I..iya Ren iya” jawab Leona tertatih
karena ketakutan “Kamu tahu, kamu itu hanya perempuan jalang yang membawa
pengaruh buruk untuk Elsa” bisik Rena.
Elsa yang sadar
akan tidak kedatangan Rena ke kelasnya, ia lalu mencarinya dengan ditemani
Salasa teman baru Elsa. Elsa mencari Rena di kelas tapi Rana tidak ada. Elsa
bertanya kepada teman sekelas Rena “Eh tau Rena gak?”, “Umm.. tadi aku lihat
dia sedang mengikuti perempuan, arahnya si ke kamar mandi kalu gak salah” jawab
salah satu teman sekelas Rena. “Ok makasih” Rena dan Salsa berjalan buru-buru
menuju kamar mandi karena ia mendapati perasaan yang tidak enak.
Sesampainya di
kamar mandi, Elsa terkejut mandapati Rena yang sedang menodongkan pisau ke
leher Leona. “Rena apa yang kau lakukan? Hentikan!!” bentak Elsa. Rena yang
kaget atasa kedatangan Elsa pada saat itu, langsung melepaskan Leona. Leona
lari ke arah Elsa dan Salsa. “Elsa, ini tak seperti apa yang kau pikirkan, aku
hanya mencoba untuk melindungimu” kata Rena. “Melindungiku? Melindungi dari
apa?” Tanya Rena.”Perempuan jalang itu pengaruh buruk untukmu Elsa, makanya aku
menjauhakanmu dari pengaruhnya”
“Tapi
bukan seperti ini caranya Ren, ini criminal!” tanggap Elsa
“Kamu
membela perempuan jalalng itu Elsa? Iya?” Tanya Rena
“Bukan itu maksudku Ren
“Terus apa? Aku ngelakuin ini
demi kebaikan kamu El, tapi apa tanggapmu? Kamu lebih milih teman barumu itu
daripada sahabatmu sendiri, inikah yang dinamakan persahabatan?” kata Rena
seraya mendekati Elsa.
“Elsa cepat lari, sahabatmu itu
sudah gila” ucap Leona.
Mendengar
itu Rena langsung menarik Leona dan menodongkan pisau ke leher Leona. Elsa yang
melihat hal itu mencoba menghentikan aksi Rena. “Cukup Rena, cukup! Itu bukan
cara yang baik untuk menyelesaikan masalah ini” kata Elsa utnuk menenangkan
Rena. “Kau lebih membela dia, daripada aku? Apa kau juga akan mengatakanku
gila? Iya?” sentak Rena. “Aku sangat menyayangimu Elsa, dan ini caraku untuk
melindungimu dari pengaruh buruk, apa itu salah?”. “Tidak Rena, aku juga
menyayangimu, tapi lepaskan Leona, aku mohon” rengek Elsa. “Kau sudah
mengkhianati persahabatan kita Elsa, kalau begitu aku akan membunuh kalian
berdua” ancam Rena.
Pada
saat itu, Salsa berlari ke ruang guru, utnuk meminta bantuan ke guru. Dua bapak
guru berjalan menuju lokasi yang dimaksud Salsa. Dan ternyata, Elsa dan Leona
telah diikat dengan tali tampar dengan Rena yang mendekatkan pisau ke muka
mereka. Bapak guru yang melihat kejadian itu, langsung sergap merangku Rena dan
mencoba mengambil pisau yang ada di tangan Rena. Karena Rena sangat agresif,
kedua bapak guru tersebut kewalahan mengahadapi Rena hingga Rena dan Bapak
gurupun terjatuh, dengan Rena diatasnya. Rena mencoba membunuh bapak guru
tersebut, tapi bapak guru, menahan pisau tersebut dan berusaha untuk
menyikngkirkan pisaunya. Namun malang, pisau tersebut malah berbalik arah dan
mengenai perut Rena. Melihat kejadian itu, Elsa menangis karena sahabatnya
meninggal pada kejadian .
Waktu
pemakaman Rena, Elsa terus menangis di
kuburan Rena. Lalu kedua orangtua Rena datang untuk mencoba menenangkannya.
Lalu orangtua Rena menceritakan tentang gangguan mental yang dialami Rena sejak
kecil “Oleh karena itu, Rena selalu menyendiri dan tak mempunyai teman, dan
kamulah teman satu-satunya yang dipunya Rena. Tapi sejak ia berteman denganmu,
ia mulai lupa untuk meminum obatnya agar bisa mengendalikan amarahnya. Lama
kelamaan, Rena sama sekali tak pernah minum obatnya, kami sudah mencoba
membujukanya tapi ia tetap tak memperdulikan omongan kami.” Ujar orangtua Rena
sambil menangis dan mendekap Elsa.